ALSTROEMERIA
Aku merebahkan tubuhku ke kasur, menghilangkan kepenatan
yang terjadi hari ini. Semua masalah yang menghampiriku hari ini, membuatku
sangat lelah. Tidak ada bahu untuk bersandar, tidak ada tangan lembut yang akan
mengusap air mata, tidak ada pelukan untuk menangis dan tidak ada senyum yang
menyemangatiku.
Sekarang, aku merasa sendiri. Teman, sahabat dan orang yang
ku sayang telah berubah. Semua orang sama. Aku benci semuanya. Semuanya
menyebalkan, menyakitkan. Dia yang selalu ada telah pergi dan berubah. Dia yang
dulu ku sayang, kini perlahan-lahan aku membencinya.
“Huk huk huk!! Hah? Darah lagi?!” sontak ku kaget ketika
melihat darah di tanganku.
Yaa, ini lah aku. Seorang gadis penyakitan, yang selalu
meratapi kehidupan dan menjalaninya dengan “senyuman palsu” atau bahasa
kerennya “Fake Smile”. Kata dokter sihh, aku menderita pneumonia. Aku gatau
juga itu penyakit parah atau gak, yang jelas ini nyiksa banget. Sudah
penyakitan, selalu di sakiti, ngenes banget dah hidupku.
“Gwiyomi gwiyomi” suara dering hp yang membuatku gugup. Sebuah sms dari dia
orang yang ku sayang.
“Yaudah kalau itu yang
kamu mau”
Kata “yaudah” nya itu nyakitin. Walaupun hanya satu kalimat
pendek, tapi dalam banget. Aku hanya tersenyum dalam tangis, aku terlalu lelah
berjuang sendiri, terlalu bodoh menganggap semua akan seperti dulu.
Lalu, meriksa blackberry messages. Mataku tertuju pada
status sahabatku “kecewa L”. Yaa ketika di sekolah tadi aku menghilang begitu saja,
lalu bersembunyi di wc. Mengunci diri di situ, menangis dan menghindari
orang-orang. Aku hanya tidak suka saja menangis di publik, aku lebih suka
terlihat tegar.
Yaa sudahlah, aku maklumi karna dia tidak tau apa-apa. Saat
ini ku tidak peduli dengan semua orang, aku hanya ingin menyendiri, menenangkan
pikiranku. Lama kelamaan aku tertidur dalam tangisku.
Allahuakbar
allahuakbar……(adzan berkumandang)
“De,bangun. Udah maghrib”
papaku membangunkan ku dari tidurku yang nyenyak.
Lalu, aku bergegas bangun, mandi dan sholat. Setelah itu aku
kembali merebahkan badanku di tempat tidur. Tidak ada niat hidup, hanya ingin
bermalas-malasan. Sesekali aku mengecek hp, tetapi tidak ada kabar darinya.
Jujur, aku kangen tapi aku benci. Yaaa hampir dua tahun aku bersamanya,
sekarang semuanya berubah. Berawal darinya, dia pergi tanpa meninggalkan kata
maaf dan rasa bersalah. Bersamaan dengan itu, sahabatku yang melawan ketika ku
tegur karna dia berbuat salah.
Ini lah hdup. Kita harus menjalaninya walaupun menyakitkan.
Kebahagiaan yang hanya datang sekejap. Senyuman yang terlontar hanyalah
rekayasa.
Ada waktunya dimana kita akan membenci semua orang dan ada
waktunya dimana kita membutuhkan semua orang.
***
Suasana pagi membosankan di sekolah telah menghampiri.
Seperti biasa, berusaha untuk tersenyum supaya terlihat kuat.
“Deaa..” sapa Putri salah satu sahabatku.
“Hai.”
“Jadi, kalian udah baikan kah? Atau mau aku yang ceritakan
ke dia?” Tanya Putri tentang masalah kemarin.
“Gak perlu. Biar dia sadar sendiri. Toh dia udah dewasa.”
“Tapi dia itu gak akan sadar, dia itu gak pekaan orangnya,
De”
“Tunggu aja. Tuhan gak tidur kok J”
jawabku dengan tenang mengakhiri pembicaraan kami.
Seketika dadaku nyeri, aku terduduk lalu aku batuk darah.
Sepertinya penyakitku tambah parah. Terlalu takut jika harus pergi ke dokter lagi.
Aku pun pergi ke wc untuk mencuci tanganku yang terkena darah. Sebelum sampai
wc, aku bertemu dengannya “Pras” orang yang membuatku lemah, membuatku menangis
sampai mataku sembab.
Aku hanya pura-pura tidak melihatnya. Yaa memang sakit, tapi
buat apa aku sedih berlarut-larut karnanya.
Tubuhku benar-benar lemah sekali. Berjalan saja udah kayak
orang mabuk. Cobaan apalagi ini yaa Tuhan. Aku benar-benar gak sanggup.
Sahabat-sahabat menjauh, berubah, menjadi tidak perduli
lagi. Yaa cinta yang membuat kita berubah, tanpa melihat siapa yang di
hadapinya.
Pras juga telah berubah, mempermainkanku, tak pernah
menghargaiku, tak pernah menganggapku, selalu menjelek-jelekkan ku di hadapan
teman-temannya.
Entah lah, aku hanya bisa sabar dan berdoa. Keburukan tidak harus dibalas dengan
keburukan,bukan….
“Aaww.. sakit banget.” Rintihku pelan di dalam wc.
“Gak boleh lemah. Aku harus kuat. Masa cuma segini sih,
harus bertahan lebih lama lagi dong, De” aku menyemangati diriku sendiri.
Kasihan banget kan. Menanggung beban sendiri, nyemangati
diri sendiri, hufftt seandainya aku bisa menceritakan penyakitku, tapi aku
gamau nyusahin orang lain. Aku hanya butuh mengukir kenangan-kenangan indah
sebelum di panggil Tuhan.
“Deeaa!! Kamu nih suka banget ngilang. Kamu tau gak sih aku
gak ada teman di kelas huft” celoteh Putri yang rupanya sedari tadi di wc.
“Apakah dia mendengarku
tadi? Semoga enggak sih” gumamku dalam hati.
“Hehe tadi aku kebelet banget, kan gamungkin mau izin dulu
sama kamu. Entar kamu mau yang jilatin kalau aku ngompol mwehehe”
“Hiisss jorok banget sih nih bocah. Hilangin tuh penyakit
jorokmu. Huueeekk”
“Hahahaha kenava uga? Sudah tau jorok malah deket-deket
blee”
“Khan aku gak normal, makanya aku mau berteman sama kamyu”.
“Aku juga gak normal berarti yaa. Tapi aku bangga sih jadi
orang gak normal daripada jadi orang normal, yaa secara gitu kan orang gak
normal lebih banyak fansnya hehehe”
“Fans? Punya pacar aja baru satu seumur hidup,ngaku-ngaku
punya banyak fans”
“Daripada kamu Put, JOMBLO NGENES SEUMUR HIDUP huaaahahaha”
balasku dengan nada yang gak nyantai.
“Beh iyalah, sakitnya tuh di sini sini sini sini” sambil
nunjuk pantat, hidung, perut dan dada.
“Hahaha yaudah ayo kita ke kelas. Gak level banget nongkrong
di wc. Mending di kuburang mbah ku kaannn”
“Hentikan kegilaan mu itu,De. Aku udah waras nih. Kayaknya
di wc banyak arwah yang gak waras deh. Jangan-jangan ada arwah Pak Botak
Menclining Buntel buntel” ketika omongan Putri mulai ngawur, dan aku mulai
ingin menendang bokongnya.
“Hooaaamm pantesan, rupanya tadi mimpi yaa”
“Mimpi apaan? Wong jelas jelas kamu dari wc, mananya yang
cuma mimpi” Tanya Putri dengan muka pengong nya.
“Itu… aaww!!”
Tiba-tiba kakiku gak sanggup untuk berdiri. Aku terduduk di
lantai, dengan beribuan Tanya yang datang dari Putri. Rasanya mataku sudah
kabur-kabur dan ingin tertutup.
“Dea kamu kenapa? Kamu sakit kah? Ke UKS ya? Pulang ya? Dea
bangun dong jangan diam aja” Putri mulai panic. Lalu, dia memanggil Pras yang
kelasnya bersebelahan dengan wc.
“Pras!! Dea pingsan, tolong bantuin angkatin ke UKS dong.
Cepetan!!”
“Haahhh?! Kenapa harus aku. Bentar deh”
“Sekarang!!!”
Pras pun bergegas keluar kelas, lalu menghampiri tubuhku
yang tersandar di dinding. Pras dan Putri pun membawaku ke UKS dengan beribu
pertanyaan yang ada di kepala mereka.
Yaa mungkin hari ini akan menjadi hari terakhirku menghirup
udara segar, menjalani kehidupan yang dramatis, melihat wajah-wajah mereka,
menyentuh mereka. Secepat ini kah Tuhan? Aku masih ingin berada dalam peluknya.
Aku belum menghilangkan rasa benciku dengannya.
Setibanya di UKS…
“Bu, tolong sadarkan dia. Dia tadi tiba-tiba pingsan.” Jelas
Pras dengan kepanikannya.
“Tenang dek, jangan panik. Sini saya periksa dulu.”
Beberapa menit kemudian…
“Kalian tau kalau temanmu ini punya penyakit yang udah akut?
Yang seharusnya di rawat inap.” Tanya perawat UKS.
“Hah? Penyakit apa? Setau saya sih dia sehat-sehat aja
kok,Bu” jawab Putri.
“Iya,Bu. Dia tadi datang ke sekolah dengan keadaan yang
baik-baik aja” sambung Pras sambil mengupil.
“Yaa mungkin dia gak mau ngerepotin kalian. Temanmu ini
menderita penyakit pneumonia atau biasanya sering disebut paru-paru basah.
Penyakitnya ini sudah akut. Nah, bakterinya sudah menyebar ke organ lain, jadi
mungkin sedikit saja kemungkinan untuk sembuh.”
“Jadi kami harus membawanya ke rumah sakit sekarang?”
“Iya” jawab perawat dengan singkat.
Di Rumah Sakit Umum…..
“Dok, periksanya cepetan yaa.” Kata Putri dengan panik.
“Jangan kayak gitu,Put. Positif thinking aja. Kan seperti
yang kita lihat kalau dia selama ini sehat-sehat aja ” kata Pras untuk
menenangkan Putri.
“Tapi tadi aku dengar di wc kan, dia itu nyemangati dirinya
sendiri jadi mungkin aja dia sakit parah” jawab Putri dengan pasrah.
Lalu, Putri menelpon Fitri, Ayu, Wulan dan Tarin untuk pergi
ke rumah sakit sekarang. Mereka semua sampai ketika dokter selesai memeriksaku.
“Dok, gimana keadaan teman kami? Dia baik-baik saja kan?”
Tanya Wulan dengan panik.
“Temanmu menderita pneumonia akut. Bakterinya sudah menjalar
ke organ lain dengan cepat dikarenakan kondisinya yang lemah. Kondisinya
seksrang sangat kritis, saya sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Mungkin
inilah waktu terakhir kalian untuk melihatnya.”
“Gak mungkin, Dok. Dia selama ini baik-baik aja. Aku udah
jarang bersamanya. Yang ku pedulikan hanyalah cowok, sampai-sampai sahabatku
sakit aja aku gatau.” Kata Fitri dengan segala penyesalannya.
“Sudahlah, mending kita masuk daripada menangis di sini.”
sambung Wulan.
Mereka pun melangkahkan kakinya dengan di iringi air mata
yang jatuh. Pras seseorang yang ku kenal sangat ceria, susah menangis, keras,
kini dia mengeluarkan air matanya untukku.
“De, kenapa kamu gak pernah bilang kalau kamu sakit? Aku
sayang kamu, aku serius sama kamu tapi aku gak bisa membuktikannya. Aku malah
bermain-main dan menyakitimu. Maaf kalau aku hanya bisa membuatmu menangis,
mungkin kebahagiaan yang kamu miliki telah hancur karna aku”, ucap Pras sambil
menggengggam tanganku.
Aku tidak bisa membuka mataku, hanya bisa mendengar mereka.
Aku tau bagaimana wajah mereka saat ini. Ini lah hidup dimana penyesalan selalu
di akhir. Aku senang karna di akhir hariku, semua menemaniku. Benci yang kini
menyelimuti hati telah pudar.
“Aku juga sayang kamu Pras.
Aku ingin bersamamu sampai maut yang memisahkan kita. Mungkin inilah akhir
cerita kita, maaf belum bisa menjadi seperti yang kamu inginkan. Maaf kalau aku
hanya bisa memberikan air mata. Maaf kalau aku hanya menjadi bebanmu. Inilah
aku dengan segala kekuranganku. Kamu memang The First yang ku kagumi, walaupun
berawal dari olok-olokkan.Aku suka kamu yang apa adanyaJ ”
“Wulan, sebenarnya yang waktu itu Dea hilang karna kamu
gamau dengerin nasehatnya. Dia cuma gamau kamu di jalan yang gak benar.”, jelas
Putri.
Tiba-tiba….
Tiiiittttt tiiiittttt ttiiiiiiiiiiiiitttttttt…..
Detak jantung telah berhenti. Semua telah berakhir.
Bersamamu ku habiskan waktu
Senang bisa mengenal dirimu
Rasanya semua begitu
sempurna
Sayang untuk mengakhirinya
(kutipan lagu Sahabat Kecil).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar